Rabu, 16 Februari 2011
Nggak pernah nyangka bahwa suatu hari saya akan berada disini. Bahkan di detik terakhir saya berangkat, saya masih bertanya-tanya: "Mimpi apa bukan ya?"
Bagi orang biasa seperti saya, bepergian ke luar negeri untuk liburan terasa menjadi hal yang tidak terbayangkan. Keluar pulau juga paling cuma sejauh Bali kok, hehehe...
Jadi, setelah check in dan segala tetek bengeknya di Ngurah Rai, perut keroncongan saya protes minta diisi. Alhasil sembari nunggu boarding, saya masuk ke salah satu kedai makan yang ada di dekar gate 7,8,9 dan saya memesan nasi goreng dan lemon tea. Harga makanan di airport (apalagi terminal internasional) terasa tidak bersahabat dengan kantong saya. Tapi saya tidak mau kelaparan sepanjang 6 jam penerbangan saya. Apalagi terbayang menu di pesawat yang harganya jauh lebih tidak bersahabat dan kadangkala kata orang tak ada rasanya, maka saya terdampar di salah satu sudut kursi di kedai ini.
Pesanan baru saja datang, tiba-tiba ada panggilan bahwa penumpang jetstar penerbangan menuju Sydney sudah ditunggu pesawat. Elah, saya belum makan. Saya melongok keluar kedai, antrian panjang mengular sampai 10 meteran kayaknya. Jadi saya memutuskan untuk menikmati dulu makan malam saya. 10 menit kemudian saya selesai dan bergabung dengan antrian yang mengular itu. Terdengar kembali panggilan, bahwa penumpang sudah ditunggu karena pesawat sudah siap. Seorang penumpang mencoba menanyakan kepada petugas, apakah kami bisa menerobos antrian, soalnya pesawat kami sudah mau terbang. Tapi si petugas bilang: "Tidak, anda harus antri"
Yeah, apa boleh buat. Tapi sesaat kemudian, si mbak petugasnya manggil-manggil :
"Jetstar to Sydney...sebelah sini. This way, please"
Lah, gw bilang juga apa mbak.
Tergesa-gesa penumpang Jetstar menghambur, tapi bagusnya tetep rapi dalam line antrian (banyak bulenya kali ya, jadi bisa antri dengan tertib. Nggak kebayang kalo wong Indonesia yang antri. Yang ada berebut kali, hehehehe....)
Dan, Roland telah memilihkan kursi yang tepat. 30A, disamping jendela. Sejurus kemudian, seorang remaja pria duduk di sebelah saya. Dia seumuran Sri Sadono tampaknya. 5 menit kemudian, dia langsung tertidur dengan pulasnya (sampai 10 menit sebelum kami landing. Ni anak minum antimo berapa strip yak? Xixixixi...)
15an menit kemudian pesawat yang saya tumpangi berangkat (kaya angkot aja berangkat), hehe... Tapi emang berangkat kan? Saya mencoba tidur, karena sia-sia saja memandang keluar jendela, karena hanya kegelapan yang ada disana.
Sejurus kemudian, saat pramugari menawari minum, saya dengan PDnya minta kopi. Saya tau harganya pasti bikin kantong saya nangis, tapi saya harus nyoba. Just for some experience. Dan benar saja, 8 dolar mesti tergusur dari dompet saya. Tak apalah. Yang penting saya punya cerita lucu, bahwa saya pernah ngorder kopi di penerbangan internasional saya, hahahahahaha!!
Saya membaca novel hasil download dari internet yang sudah saya jilid dengan rapi (trims ya Cicil, atas bantuan jilidannya, hee...). Lelah dengan novel, saya kemudian tidur. Dan, terbangun saat matahari muncul di atas daratan Oz. Weh, viewnya cakep banget. Mesti saya tak mengabadikannya dalam kamera, saya memotretnya dengan jelas di benak saya. Dan setiap kali ingin melihatnya, saya tinggal mereview saja, hahahahaha!
Kru pesawat mengumumkan, bahwa 10 menit lagi kami akan mendarat di Bandara Sydney. Saya mulai bisa melihat daratan Sydney. Pemandangannya bagus dari atas. Tapi meski begitu, saya tetap ingin pesawat mendarat, hehehe...
Maka, singkat kata, landinglah saya di Sydney Airport. Setelah melalui pemeriksaan (berikut tas saya diendus guk-guk yang lucu abis, keluarlah saya dari airpoirt dan mulai celingukan mencari Roland.
Alamaaak, ini isinya bule semua (sebenarnya nggak sih. Ada banyak orang Asia juga), tapi menemukan Roland diantara bule-bule yang berserak disini ternyata susah juga. Saya sudah kadung keluar airport, tapi tidak menemukan Roland. Dan usaha menelpon beliau akan sia-sia saja karena beliau anti dengan gadget yang bernama hp! Jadi, saya masuk lagi ke bandara dan celingukan. Dan, taraaaa!! Saya melihatnya! Maka, saya seret koper saya dengan setengah berlari untuk menghampirinya.
"Roland!" teriak saya girang! Serasa ketemu malaikat pelindung saya. (Jelas dong! Saya akan jadi gelandangan dan orang ilang di Sydney jika Roland tidak menjemput saya, hehe...).
Dia merentangkan tangannya dan memeluk saya.
"Akhirnya ketemu...!"
.................bersambung................
note: kalo nggak males dan kalo ada waktu, besok nulis lanjutan perjalanan selama di Sydney.
pamer.com :D
Bagi orang biasa seperti saya, bepergian ke luar negeri untuk liburan terasa menjadi hal yang tidak terbayangkan. Keluar pulau juga paling cuma sejauh Bali kok, hehehe...
Jadi, setelah check in dan segala tetek bengeknya di Ngurah Rai, perut keroncongan saya protes minta diisi. Alhasil sembari nunggu boarding, saya masuk ke salah satu kedai makan yang ada di dekar gate 7,8,9 dan saya memesan nasi goreng dan lemon tea. Harga makanan di airport (apalagi terminal internasional) terasa tidak bersahabat dengan kantong saya. Tapi saya tidak mau kelaparan sepanjang 6 jam penerbangan saya. Apalagi terbayang menu di pesawat yang harganya jauh lebih tidak bersahabat dan kadangkala kata orang tak ada rasanya, maka saya terdampar di salah satu sudut kursi di kedai ini.
Pesanan baru saja datang, tiba-tiba ada panggilan bahwa penumpang jetstar penerbangan menuju Sydney sudah ditunggu pesawat. Elah, saya belum makan. Saya melongok keluar kedai, antrian panjang mengular sampai 10 meteran kayaknya. Jadi saya memutuskan untuk menikmati dulu makan malam saya. 10 menit kemudian saya selesai dan bergabung dengan antrian yang mengular itu. Terdengar kembali panggilan, bahwa penumpang sudah ditunggu karena pesawat sudah siap. Seorang penumpang mencoba menanyakan kepada petugas, apakah kami bisa menerobos antrian, soalnya pesawat kami sudah mau terbang. Tapi si petugas bilang: "Tidak, anda harus antri"
Yeah, apa boleh buat. Tapi sesaat kemudian, si mbak petugasnya manggil-manggil :
"Jetstar to Sydney...sebelah sini. This way, please"
Lah, gw bilang juga apa mbak.
Tergesa-gesa penumpang Jetstar menghambur, tapi bagusnya tetep rapi dalam line antrian (banyak bulenya kali ya, jadi bisa antri dengan tertib. Nggak kebayang kalo wong Indonesia yang antri. Yang ada berebut kali, hehehehe....)
Dan, Roland telah memilihkan kursi yang tepat. 30A, disamping jendela. Sejurus kemudian, seorang remaja pria duduk di sebelah saya. Dia seumuran Sri Sadono tampaknya. 5 menit kemudian, dia langsung tertidur dengan pulasnya (sampai 10 menit sebelum kami landing. Ni anak minum antimo berapa strip yak? Xixixixi...)
15an menit kemudian pesawat yang saya tumpangi berangkat (kaya angkot aja berangkat), hehe... Tapi emang berangkat kan? Saya mencoba tidur, karena sia-sia saja memandang keluar jendela, karena hanya kegelapan yang ada disana.
Sejurus kemudian, saat pramugari menawari minum, saya dengan PDnya minta kopi. Saya tau harganya pasti bikin kantong saya nangis, tapi saya harus nyoba. Just for some experience. Dan benar saja, 8 dolar mesti tergusur dari dompet saya. Tak apalah. Yang penting saya punya cerita lucu, bahwa saya pernah ngorder kopi di penerbangan internasional saya, hahahahahaha!!
Saya membaca novel hasil download dari internet yang sudah saya jilid dengan rapi (trims ya Cicil, atas bantuan jilidannya, hee...). Lelah dengan novel, saya kemudian tidur. Dan, terbangun saat matahari muncul di atas daratan Oz. Weh, viewnya cakep banget. Mesti saya tak mengabadikannya dalam kamera, saya memotretnya dengan jelas di benak saya. Dan setiap kali ingin melihatnya, saya tinggal mereview saja, hahahahaha!
Kru pesawat mengumumkan, bahwa 10 menit lagi kami akan mendarat di Bandara Sydney. Saya mulai bisa melihat daratan Sydney. Pemandangannya bagus dari atas. Tapi meski begitu, saya tetap ingin pesawat mendarat, hehehe...
Maka, singkat kata, landinglah saya di Sydney Airport. Setelah melalui pemeriksaan (berikut tas saya diendus guk-guk yang lucu abis, keluarlah saya dari airpoirt dan mulai celingukan mencari Roland.
Alamaaak, ini isinya bule semua (sebenarnya nggak sih. Ada banyak orang Asia juga), tapi menemukan Roland diantara bule-bule yang berserak disini ternyata susah juga. Saya sudah kadung keluar airport, tapi tidak menemukan Roland. Dan usaha menelpon beliau akan sia-sia saja karena beliau anti dengan gadget yang bernama hp! Jadi, saya masuk lagi ke bandara dan celingukan. Dan, taraaaa!! Saya melihatnya! Maka, saya seret koper saya dengan setengah berlari untuk menghampirinya.
"Roland!" teriak saya girang! Serasa ketemu malaikat pelindung saya. (Jelas dong! Saya akan jadi gelandangan dan orang ilang di Sydney jika Roland tidak menjemput saya, hehe...).
Dia merentangkan tangannya dan memeluk saya.
"Akhirnya ketemu...!"
.................bersambung................
note: kalo nggak males dan kalo ada waktu, besok nulis lanjutan perjalanan selama di Sydney.
pamer.com :D
1 komentar:
awwww sweeet
anticipating the next chapter ;)
Posting Komentar