Kamis, 17 Desember 2009
Tadi pas jam 21.30 aku merayu kakak sepupuku untuk mengantar sekaligus menemaniku ke warnet. Maklum, rumahku di desa, sementara warnetnya cuma ada di kota kabupaten. Tadi siang sebenarnya sudah nongkrong di warnet, tapi pas lagi asyik-asyiknya dolan di pasar klewer, tiba-tiba servernya trouble trus gak bisa ngakses kemana-mana. Maka, sepulangnya kakak sepupuku dari Jogja, langsung aja aku ngeluarin jurus rayuan pulau kelapa setengah memaksa dan memelas. Jadilah dia mengorbankan dirinya untuk mengantarku ke warnet. Dan malam ini terasa beda dengan malam-malam sebelumnya, karena malam ini turun hujan walau baru sebatas gerimis (setelah sekian lama kota kecilku tidak disinggahi hujan yang tercurah dari langit). Udara semakin terasa dingin karena kabut tebal menutup kota kecilku. Ketika mobil yang kami tumpangi sudah memasuki kota, di sebelah kiri jalan kami (aku dan kakak sepupuku) melihat seorang bapak tua berjalan sembari memikul seikat batang jagung. Sontak kakak sepupuku meminggirkan mobilnya. Aku melongokkan kepala dari jendela, dan kutawari tumpangan kepada bapak tua tersebut. Awalnya dia seperti agak curiga dan takut, tapi kemudian ketika adik sepupuku yang duduk di belakang membuka pintu mobil, dia maju menghampiri kami dan setuju untuk ikut dengan kami. Sepanjang perjalanan, kami terlibat dalam obrolan. Namanya Pak Sopyan. Ternyata dia telah terbiasa berjalan kaki ketika bepergian kemana saja. Jika malam ini dia tidak mendapat tumpangan dari kami, dia memperkirakan perjalanannya akan memakan waktu kira-kira 4 jam dengan berjalan kaki. Tapi aku sangsi kalau dalam waktu 4 jam dia bisa sampai, karena cuaca malam ini betul-betul tidak bersahabat. Apalagi dengan membawa seikat besar batang pohon jagung. Ternyata rumah bapak itu memang cukup jauh, sampai keluar dari kota. 1 jam perjalanan jika di tempuh dengan mobil. Aku semakin trenyuh membayangkan seandainya bapak tua itu harus berjalan kaki sejauh itu, apalagi jalanan yang harus dilalui gelap tanpa lampu dan berkabut. Sesampainya di gang masuk ke rumahnya, pak Sopyan turun setelah berkali-kali mengucapkan terima kasih dan mengajak kami untuk mampir, tapi dengan halus kami menolak karena sudah malam, bukan waktunya bertamu. Dalam perjalanan kembali dari rumah Pak Sopyan, aku berkelakar pada kakak sepupuku : "Memang Tuhan punya rencana kita malam ini harus ke warnet, bro...karena DIA pengen kamu nolong Pak Sopyan. Bayangin aja kalau dia harus jalan kaki ditengah gerimis dan jalanan yang berkabut ini, belum lagi dengan sepikul bawaannya...hehe". Kakak sepupuku tersenyum, aku tertawa lebar dan adik sepupuku cengar-cengir.... Tuhan memang selalu punya rencana yang indah, bahkan pada perkara kecil yang kita lakukan sekalipun. DIA mengajarkan kita memaknai tiap peristiwa. Terima kasih Tuhan, karena Engkau telah "menyapaku" lewat Pak Sopyan dan mengajariku untuk terus mensyukuri setiap hal. *Catatan : Tulisan ini pernah di posting di http://www.sabdaspace.org/pak_sopyan pada tanggal 6 Agustus 2008
0 komentar:
Posting Komentar